Sabtu, 16 Januari 2010

HAITI MENANGIS

[ JAWA POS, Sabtu, 16 Januari 2010 ]
Kementerian Luar Negeri Pastikan Lima WNI di Haiti Selamat
Pemerintah Kirimkan Tim Kemanusiaan dan Bantuan

JAKARTA - Ada kabar positif di tengah evakuasi korban gempa yang menghancurkan Kota Port-au-Prince, Haiti, Selasa sore waktu setempat (12/1) atau Rabu pagi WIB (13/1). Kementerian Luar Negeri (Kemenlu) memastikan bahwa lima warga negara Indonesia (WNI) yang sebelumnya dilaporkan hilang dan diduga ikut menjadi korban bencana di negeri Karibia tersebut, ternyata, selamat.

Lima WNI itu berada dalam kondisi baik. Mereka juga telah melaporkan keadaannya. ''Kami telah mendapatkan laporan bahwa kelimanya selamat dan sehat. Sekarang dalam kondisi recovery karena shock,'' ujar Juru Bicara Kemenlu Teuku Faizasyah ketika ditemui di kantornya kemarin (15/1).

Sebelumnya, tiga warga Indonesia asal Bali dinyatakan hilang. Dua yang lain diduga ikut menjadi korban saat bergabung dalam misi PBB, yakni Endang Dwi Satriyani dan Yogi Anggoro. Sebab, Kantor Misi Stabilisasi PBB untuk Haiti (MINUSTAH) di Port-au-Prince rata dengan tanah.

Menurut Faizasyah, pihaknya mendapat kabar itu langsung dari Endang Satriani, sukarelawan Misi Stabilisasi PBB untuk Haiti yang selamat. ''Pagi ini (kemarin pagi, Red) tiga WNI yang dinyatakan hilang telah ditemukan selamat. Ini diinformasikan Endang Satriyani dan Yogi Anggoro. Kami sangat berterima kasih kepada keduanya,'' kata Faizasyah.

Dia mengungkapkan, tiga orang itu adalah Ni Luh Made Juini dengan paspor nomor A 199712, Ni Ketut Yasri Astiti yang berpaspor nomor 754832, dan I Gusti Ayu Putu Sukerti dengan paspor 655160. ''Kami hanya mendapat nama dan paspor mereka,'' tuturnya.

Dengan ditemukannya tiga WNI korban selamat itu, pemerintah berharap tidak ada warga Indonesia yang menjadi korban gempa di Haiti. Menurut Faizasyah, tiga orang itu bekerja sebagai pegawai Hotel Karibi, salah satu hotel di Port-au-Prince yang selamat dari gempa. ''Kondisi mereka selamat. Saat ini, mereka tinggal di sekitar hotel. Kita harapkan tak ada warga negara kita yang lain di sana,'' ungkapnya.

Pemerintah saat ini terus membicarakan proses pemulangan WNI tersebut dengan Perwakilan Tetap RI (PTRI) di New York. Sebab, kondisi infrastruktur di Haiti rusak amat parah akibat gempa. Begitu juga pemerintahan di sana tidak bisa berjalan efektif. ''Kondisi di lapangan diambil alih PBB,'' terangnya.

Kenapa ada warga Indonesia yang bekerja di Haiti, padahal negara itu adalah tempat konflik? Faizasyah menyatakan bahwa Kemenlu kebobolan. Dia menjelaskan, karena di Haiti tak ada kantor perwakilan Indonesia, WNI tidak diwajibkan untuk melapor. ''Karena itu, sulit memantau (WNI),'' jawabnya.

Pemerintah Indonesia kemarin memberangkatkan tim bantuan kemanusiaan yang beranggota 75 personel. Mereka terdiri atas tim identifikasi, dokter, dan petugas SAR (tim pencari dan penyelamat korban gempa). Selain itu, dikirimkan bantuan siap pakai berupa makanan siap saji, obat-obatan, tenda-tenda, dan sejumlah kebutuhan lainnya. ''Dari komunikasi awal, tim bantuan akan tinggal di sana selama dua minggu,'' jelas Faizasyah.

Kemenlu, kata dia, juga mengirimkan dua staf ahli dalam tim gabungan untuk misi kemanusiaan Indonesia ke Haiti. Dua staf itu disertakan untuk mengatur evakuasi WNI di Haiti sekaligus membantu koordinasi tim kemanusiaan Indonesia dengan PBB.

Kepala Pusat Penanggulangan Krisis dan Bencana Kementerian Kesehatan Rustam S. Pakaya menuturkan bahwa pemerintah mengirimkan bantuan senilai Rp 20 miliar untuk bencana di Haiti. Bantuan itu berupa obat-obatan dan tenaga medis yang diterbangkan dengan pesawat Lion Air dari Bandara Halim Perdana Kusuma, Jakarta. ''Sore ini (kemarin, Red) bantuan kita lepas dari Halim,'' katanya.

Bantuan yang dikirimkan pemerintah itu mencapai 40 ton, terdiri atas obat-obatan, makanan pengganti air susu ibu (ASI), selimut, dan logistik. Pemerintah juga mengirimkan 75 tenaga bantuan, 30 di antaranya tenaga medis dari Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM), Kementerian Kesehatan, Palang Merah Indonesia (PMI), Polri, dan TNI.

''Pemerintah akan membangun rumah sakit lapangan untuk menangani korban bencana selama dua minggu. Belum diketahui apakah akan ada bantuan lanjutan setelah dua minggu,'' ujar Rustam.

Gempa bumi berkekuatan 7,0 skala Richter yang mengguncang Haiti diperkirakan membawa korban ribuan orang. Palang Merah International (The International Red Cross) mengestimasikan, 40 ribu hingga 50 ribu orang tewas akibat gempa di negara miskin tersebut. Sementara itu, para pejabat Haiti menaksir korban tewas lebih dari 100 ribu orang. Sebagian besar korban belum dapat dievakuasi.

Selamatnya Endang Dwi Satriyani membuat keluarganya gembira. Berdasar laporan Fajar (Jawa Pos Group), Endang merupakan warga Makassar. Dia tinggal bersama keluarganya di kompleks BTP Blok F No 171, Makassar, Sulsel.

Menurut Thamrin, ayah kandung Endang, anaknya itu sebetulnya berencana untuk pulang ke Indonesia pada 19 Januari mendatang. Dia mendapat kabar itu secara langsung dari Endang melalui telepon. ''Setelah gempa di Haiti itu, keluarga sudah meminta Endang untuk bekerja di dalam negeri saja. Tetapi, katanya, dia akan pindah ke UNDP perwakilan Nigeria,'' tutur Thamrin.

Sebelum bekerja pada misi PBB di Haiti, Endang pernah bergabung dengan salah satu NGO (lembaga non-pemerintah atau LSM) di Jerman. Thamrin menuturkan, anaknya dikenal sebagai wanita tomboy yang senang berpetualang. Endang juga piawai menerbangkan pesawat Cessna dan menembak. ''Tidak lama setelah tsunami di Aceh dulu, Endang pernah menerbangkan pesawat pembawa bantuan,'' terang Thamrin. (zul/jpnn/dwi)

0 komentar:

Template by : kendhin x-template.blogspot.com